PENGUJIAN KADAR SALIVARY ALPHA – AMYLASE DENGAN METODE ELISA
Untuk memastikan kelangsungan hidup suatu individu, setiap sistem organ memainkan peranan penting dalam menunjang kondisi homeostasisnya, tidak terkecuali sistem pencernaan. Pencernaan—baik secara kinetis maupun kimiawi—terjadi mulai dari mulut hingga ekskresi melalui anus. Di mulut sendiri, terdapat banyak komponen yang membantu sistem pencernaan, salah satunya air liur atau saliva.
Produksi saliva dapat menjadi salah satu obyek penelitian yang mengekspresikan perbedaan kondisi tiap individu pada aktivitas aksis hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA) dan sistem saraf simpatik (sympathetic nervous system/SNS). Menurut riset yang sudah dilakukan Granger et al. (2006), aktivitas SNS—maupun HPA—dapat diukur secara non-invasif melalui Salivary Alpha-Amylase (SAA/α-1,4-α-D-glucan 4-glucanohydrolase).
SAA merupakan metaloenzim yang diproduksi secara lokal di mukosa mulut serta mengandung kalsium yang dapat menghidrolisis ikatan alpha-1,4 pati menjadi glukosa dan maltosa. Selain itu, paparan Nater et al. (2005) juga menyebutkan bahwa enzim tersebut diketahui mampu menjadi penanda komponen adrenergik terhadap respons stres pada fungsi fisiologis. Cara kerja enzim ini adalah dengan merefleksikan perubahan pada sistem saraf autonom (autonomic nervous system/ANS). Ketika stress terjadi, hormon stres katekolamin dalam plasma merangsang adrenalin dan memicu pelepasan SAA. Pelepasan enzim ini akan mengaktivasi ANS yang mengontrol glandula salivarius. Oleh karenanya, kadar α-amylase akan meningkat seiring dengan peningkatan kecepatan aliran saliva.
Untuk mengetahui kadar SAA dalam rangka pemantauan kondisi fisiologis tubuh, salah satu caranya yaitu melalui metode analitikal Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Penambahan enzim dalam pengujian ELISA mengubah substrat yang tidak berwarna (chromogen) menjadi produk berwarna sehingga mampu mendeteksi adanya kompleks ikatan antigen dan antibodi. Hasilnya didapat lewat pembacaan absorbansi pada sampel terakit pada panjang gelombang tertentu.
Studi yang dilakukan Hartmann et al. (2005) menunjukkan bahwa pengujian ELISA pada sampel dried stain antibodi monoklonal anti-human salivary sensitif hingga 0,0002 unit Sigma serta menunjukkan respons linier antara absorbansi dan aktivitas amilase saliva antara 0,002 dan 0,2 unit.
Pengujian ELISA untuk sampel human saliva sudah jamak digunakan dan membuktikan bahwa metode ini merupakan metode yang valid. Misalnya saja hasil riset Handajani et al. (2009) yang mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan kadar α-amylase antara sampel saliva wanita pemakai kontrasepsi pil dan suntik. Demikian pula pada penelitian Candra et al. (2020) yang melakukan komparasi kadar SAA pada probandus dengan beban kerja berbeda. Melalui pemeriksaan ELISA pada panjang gelombang 405 nm dapat dibuktikan bahwa beban kerja jam terbang total pada probandus berbanding lurus dengan kadar α-amylase dalam salivanya.
Untuk menunjang penelitian-penelitian terkait, kami menyediakan berbagai brand ELISA Kit yang kompatibel dalam riset bersampel human saliva maupun sampel-sampel lainnya.
Silakan kontak kami:
CS Flexylabs Indonesia
WA/HP: +6281283722016
(klik untuk chat ke WA)
Source:
Candra, M.Y., Suniarti, D.F., Setiawati, F., & Soedarsono, N. (2020). Perbedaan kadar enzim α-amylase saliva pada penerbang sipil Indonesia yang mengalami stress dan tidak stress karena faktor kelelahan. Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students, 4(2), 146-152.
Granger D.A., Kivlighan K.T., Blair C., et al. (2006). Integrating the measurement of salivary alpha-Amylase into studies of child health, development, and social relationships. Journal of Social and Personal Relationships, 23(2), 267-290.
Handajani, J., Puspita, R.M., & Amelia, R. (2014). Kontrasepsi hormonal meningkatkan kadar α-amylase saliva. Majalah Kedokteran Gigi Indonesia, 21(1), 39-46.
Hartmann, J., Quarino, L., Moynihan, L., et al. (2005). An ELISA method for the identification of salivary amylase. Journal of Forensic Science, 50(4), JFS2004417-4.
Nater U.M., Rohleder N., Gaab J., et al. (2005). Human salivary alpha amylase reactivity in a psychosocial stress paradigm. International Journal of Psychophysiology, 55(3), 333-342.
Editor: Fiorentina Refani
Leave a Reply