Progesterone Receptor (PR)

Progesterone Receptor (PR) untuk Analisis Stadium Klinis Kanker Payudara

Sampai saat ini, penentuan status reseptor hormon pada jaringan menjadi hal paling informatif dalam klasifikasi serta penilaian klinis untuk pengobatan lebih lanjut kasus kanker. Peran reseptor hormon yang seperti kotak surat untuk menerima pensinyalan terhadap pertumbuhan dan/atau perkembangan sel menjadi marker krusial untuk mengetahui ada tidaknya abnormalitas jaringan terkait.

Salah satu jenis kanker yang menggunakan gabungan ekspresi reseptor hormon dalam prognosisnya adalah kanker payudara. Penentuan jenis dan stadium klinis kanker payudara umumnya dilakukan dengan analisis reseptor estrogen (ER), reseptor progesteron (PR), dan over ekspresi human epidermal growth factor receptor 2 (HER2). Hal tersebut dikarenakan struktur payudara normal (perempuan) terdiri atas epitel yang memiliki reseptor terkait sehingga mampu menjadi faktor berpengaruh terhadap grading histopatologi tumor dengan grade I (diferensiasi baik) dan grade III (diferensiasi buruk). Berdasarkan ekspresi hormonalnya, kanker payudara dapat dikelompokkan menjadi beberapa subtipe.

PR sendiri merupakan gen yang diregulasi oleh estrogen, sehingga adanya ekspresi PR sebagai tanda adanya jalur ER yang sedang aktif serta bermanfaat dalam memprediksi perilaku karsinoma payudara (Ellis et al., 2003). Reseptor ini merupakan mediator spesifik dari kinerja progestin di jaringan target, seperti payudara dan endometrium. Fungsinya tidak hanya sebagai regulator proses transkripsi, tapi juga untuk mengaktifkan sinyal jalur transduksi yang kebanyakan terlibat dalam pensinyalan pro-proliferatif payudara diferensiasi pada berbagai tahap perkembangan sel.

PR secara umum terdiri dari dua isoform yaitu PR-A dan PR-B. Keduanya ditranskripsi oleh satu gen sama oleh promotor berbeda kemudian ditranslasikan dari subkelompok mRNA yang berbeda pula. PR-B mengacu pada reseptor progesteron full-length, sedangkan PR-A merupakan reseptor yang N-terminalnya terpotong (perbedaannya bahwa PR-A tidak memiliki 164 asam amino pertama seperti yang dimiliki PR-B). Keduanya bisa berikatan dengan DNA pada elemen respons progesteron dan/atau melalui penarikan ke faktor transkripsi lainnya (Daniel et al., 2011; Graham et al., 1995).

Karena ditranslasikan oleh mRNA yang berbeda, maka fungsi dari kedua PR-A bertindak sebagai represor dominan PR-B sehingga tingginya ekspresi PR-A dapat mengakibatkan penurunan respons progestin melalui pengikatan nonkompetitif PR-A ke faktor transkripsi spesifik yang diperlukan untuk kinerja ER dan PR. Tak hanya merepresi PR-B, PR-A juga mengurangi respon reseptor hormon lain seperti reseptor androgen, glukokortikoid, mineralokortikoid, dan estrogen terhadap ligan serumpunnya (Graham et al., 1995).

Tingginya ekspresi PR berimplikasi terhadap lebih baiknya respons terhadap terapi hormonal tamoxifen—antagonis estrogen golongan selective estrogen receptor modulator (SERM)—pada penderita kanker payudara sebagai terapi adjuvant dan juga pada penderita yang mengalami metastase. Dalam pemeriksaan histopatologis, kanker payudara tiga positif (ER+ PR+ HER2+) mempunyai prognosis dan respons yang lebih terhadap terapi hormonal serta tingkat mortalitas rendah. Hal ini diperkuat oleh penelitian Nanto et al. (2017) yang membuktikan bahwa hubungan status PR dengan status stadium klinis pada pasien kanker payudara bersifat terbalik dengan nilai korelasi -0,283. Hal tersebut bermakna apabila didapatkan nilai PR negatif, maka akan terjadi peningkatan pada stadium klinis dari kanker payudara tersebut. Begitu pula sebaliknya, jika didapatkan nilai PR positif, maka akan terjadi penurunan pada stadium klinis dari kanker payudara.

Tidak berhenti untuk karsinoma payudara, analisis kadar PR juga berfungsi untuk penentuan diagnosis atau pun prognosis dari kanker-kanker lainnya. Finot et al. (2021) membuktikan bahwa ekspresi PR lebih tinggi pada pasien penderita leiomioma uteri (tumor jinak di bagian uterus) daripada pasien dengan miometrium normal.

Untuk pengembangan riset mengenai analisis ekspresi PR, kami menyediakan berbagai brand antibodi, reagen, maupun alat dan bahan lain yang kompatibel dalam metode imunohistokimia (IHK) dari beragam sampel.

Silakan kontak kami untuk melakukan konsultasi dan pemesanan:

CS Flexylabs
+6281283722016

Source:

Daniel, A.R., Hagan, C.R., & Lange, C.A. (2011). Progesterone receptor action: defining a role in breast cancer. Expert review of endocrinology & metabolism, 6(3): 359-369.

Ellis, I.O., Schinitt, S.J., & Sastre, G.X. (2003). Invasive breast carcinoma in World Health Organization classification of tumours pathology & genetics tumours of the breast and female genital organs. IARC, p13-59.

Finot, F., Puspasari, D., & Wijaya, I. (2021). Ekspresi reseptor estrogen dan reseptor progesteron pada pasien dengan leiomioma uteri. Medica Hospitalia: Journal of Clinical Medicine, 8(1):    62-68.

Graham, J.D., Yeates, C., Balleine, R. L., et al. (1995). Characterization of progesterone receptor A and B expression in human breast cancer. Cancer research55(21): 5063-5068.

Nanto, S.S., Muhartono, M., & Wulan, A.J. (2018). Peran estrogen receptor (ER), progesteron receptor (PR), dan human epidermal growth factor receptor 2 (HER-2) untuk memprediksi stadium klinis kanker payudara. Jurnal Agromedicine, 4(2): 256-259.