Estrogen Receptor (ER)

Estrogen Receptor (ER) dan Kaitannya Terhadap Kanker Payudara

Estrogen receptor (ER) merupakan protein pengikat estrogen spesifik atau estrofilin yang termasuk dalam famili steroid/nuclear receptor (NRs). Aktivasinya diatur oleh protein koregulator yang dikenal sebagai koaktivator atau korepresor. Sesuai dengan namanya, ER berikatan dengan estrogen, serta berfungsi merekrut kompleks koregulator dan mengatur transkripsi gen tertentu, seperti progesterone receptor (PR), TFF1, GREB1, dan PDZK1, yang kemudian akan mengarahkan pada proses proliferasi sel tertentu.

Menurut Stanford et al. (1986), proliferasi sel tersebut melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1) Molekul estradiol menembus membran sel dengan difusi pasif dan mengikat ER kosong; 2) Kompleks ER mengalami transformasi atau aktivasi; 3) Kompleks ER memasuki inti sel (translokasi) di mana ia berikatan dengan situs “akseptor” kromatin tertentu; 4) Kompleks hormon-reseptor merangsang sintesis messenger ribonucleic acid (mRNA); 5) mRNA merangsang sintesis protein di ribosom (translasi); dan 6) Terjadi sintesis asam deoksiribonukleat (DNA), pembelahan sel, dan pertumbuhan jaringan).

ER sendiri diklasifikasikan menjadi 2 subunit berbeda yaitu ERα dan ERβ yang dikodekan oleh gen berbeda pada kromosom berbeda. Keduanya mempunyai efek yang berlawanan dan respons proliferasi terhadap ER bergantung pada keseimbangan kadar ERα dan ERβ. Gen ERα terletak pada kromosom 6, terdiri atas 595 asam amino, dan memiliki ukuran molekul 66 kDa. ERα banyak diekspresikan di uterus, stroma prostat, sel teka ovarium, sel Leydig usus, epididimis, payudara, dan liver. Sedangkan gen ERβ terletak pada kromosom 14, terdiri atas 530 asam amino, dan memiliki ukuran molekul 54 kDa. Gen ini banyak diekspresikan di epitel prostat, testis, sel granulosa ovarium, sumsum tulang, dan otak (Begam et al., 2017).

Ada (ER-positif) atau tidak adanya (ER-negatif) reseptor ini beserta konsentrasinya (perkiraan jumlah binding site) pada jaringan payudara merupakan faktor diagnostik dan prognostik dalam pengobatan. Hal itu dikarenakan kompleks ER dan estrogen endogen akan menstimulasi pertumbuhan jaringan epitel payudara dan memiliki efek secara lokal berupa abnormalitas pembelahan sel. Maka dari itu, pemeriksaan patologi anatomi biasanya menyertakan derajat keganasan (DKg) dan dilakukan dengan pemeriksaan imunohistokimia ER, PR, dan HER-2 untuk menentukan pilihan terapi yang sesuai dengan kebutuhan pasien (Thakkar & Mehta, 2011; Suparman & Suparman, 2014).

Kanker payudara sendiri dibagi menjadi beberapa subtipe yaitu luminal   A, luminal B, HER-2 positif, dan basal-like/triple negative. Tampilan ekspresi dari ER, PR, dan HER-2 pada pemeriksaan IHK merupakan dasar klasifikasi molekuler kanker payudara. Prognosis yang didapat dari hasil analisis mikroskopis IHK pada membran inti sel target dikatakan baik jika terdapat adanya ekspresi ER dan/atau PR. Sebaliknya, prognosis dikatakan buruk jika didapatkan hasil HER-2 positif dan reseptor hormonal negatif.

Mengingat pentingnya ekspresi ER di sel pada organ-organ terkait sebagai biomarker untuk menentukan DKg dan prognosis kanker, maka untuk menunjang penelitian-penelitian terkait kami menyediakan berbagai brand antibodi dan kit IHK yang kompatibel dalam riset ER dari beragam sampel.

Silakan kontak kami untuk melakukan konsultasi dan pemesanan antibody.

CS Flexylabs

+6281283722016

Source:

Begam, A.J., Jubie, S., & Nanjan, M. J. (2017). Estrogen receptor agonists/antagonists in breast cancer therapy: A critical review. Bioorganic chemistry, 71: 257-274.

Stanford, J.L., Szklo, M., & Brinton, L.A. (1986). Estrogen receptors and breast cancer. Epidemiologic reviews8: 42-59.

Suparman, E. & Suparman, E. (2014). Peran estrogen dan progesteron terhadap kanker payudara. Jurnal Biomedik, 6(3): 141-148.

Thakkar, J.P. & Mehta, D. G. (2011). A review of an unfavorable subset of breast cancer: Estrogen receptor positive progesterone receptor negative. The oncologist16(3): 276.

Editor: Fiorentina Refani