Fungsi Interleukin 2 (IL-2) dan peran nya dalam Imunitas Tubuh

Pengujian Kadar Interleukin-2 (IL-2)

Sama seperti jenis sitokin lainnya yang memegang kedudukan vital dalam mekanisme pertahanan awal melawan patogen sehubungan dengan fungsinya dalam komunikasi (signaling) antar sel, IL-2 juga memiliki peran spesifiknya sendiri untuk imunitas tubuh. Berdasarkan fungsinya, IL-2 oleh Abbas et al. (1984) diklasifikasikan sebagai sitokin pengatur aktivasi, pertumbuhan, dan diferensiasi sel limfosit serta sitokin pengatur mediator imun dalam proses inflamasi.

Penemuan IL-2 ini dilakukan oleh Doris Morgan, Francis Ruscetti, Robert Gallo, Steven Gillis, dan Kendall Smith. Mereka menemukan cairan kultur sel T teraktivasi mengandung mediator yang mampu menginduksi proliferasi sel T yang teraktivasi oleh antigen.  Mediator tersebutlah yang kemudia disebut sebagai IL-2 atau sitokin 15,000-kDa α-helikal.

Aktivasi sel T melalui reseptor sel T (T cell receptor/TSR) dan molekul ko-stimulasi seperti CD4+, CD8+, dan CD28 menyebabkan diproduksinya IL-2 dan ekspresi reseptor IL-2 (IL-2R). Interaksi IL-2/IL-2R mengarah pada ekspansi klon yang luas dan pengembangan efeknya sehingga membuat IL-2 memainkan peranan penting dalam respons imun yang bergantung pada sel T. Menurut Soeroso (2007), sitokin IL-2 dapat meningkatkan imunoglobulin/respons imun pada sel T yang bergantung maupun sel T yang mandiri. Dalam studi in-vitro dengan menggunakan sel B poliklonal yang diaktivasi sel T, diduga bahwa IL-2 sangat penting untuk merangsang pembentukan imunoglobulin.

Dalam riset yang dilakukan, setelah gen untuk IL-2 atau dua subunit IL-2R, IL-2Rα (CD25), dan IL-2Rβ (CD122) diaktifkan secara individual pada tikus dengan penargetan gen, hasil fenotipik yang didapatkan bukan imunodefisiensi seperti yang diperkirakan, melainkan gangguan proliferasi limfoid dan autoimun yang serius. Pengembangan penelitian sampai saat ini telah banyak membuktikan bahwa kecacatan pada produksi CD4+ CD25+ Foxp3+ oleh regulator sel T (Treg) adalah penyebab utama penyakit autoimun yang berkorelasi dengan defisiensi kadar IL-2/IL-2R (Malek, 2008).

Terkait dengan gangguan proliferasi limfoid dan autoimun yang serius akibat defisiensi kadar IL-2 dalam tubuh, maka jenis sitokin ini dapat menjadi salah satu biomarker untuk imunodiagnostik berbagai macam penyakit. Riset Schimmelpennink et al. (2020) yang dilakukan dengan menganalisis ekspresi reseptor IL-2, membuktikan bahwa serum soluble IL-2 receptor (sIL-2R) yang digunakan mampu menjadi penanda diagnostik pada sarkoidosis. Bahkan memiliki potensi fungsi dalam prognostik untuk menentukan tingkat kronisitas penyakit terkait dengan penghitungan nilai prognostik sIL-2R lebih lanjut.

IL-2 juga bisa untuk deteksi penyakit seliak; suatu kelainan berupa reaksi kekebalan (inflamasi) terhadap konsumsi gluten. Pada populasi kontrol, tidak terdeteksi adanya IL-2 dalam serum darahnya. Sedangkan pada penderita penyakit seliak, yang saat awal tidak terdeteksi adanya IL-2 dalam sampel serum akan mengalami peningkatan kadar sebesar >0,5 pg/ml pada 4 jam pasca konsumsi gluten.

Tidak seperti jenis sitokin lain yang telah banyak diteliti dalam hubungannya sebagai biomarker berbagai penyakit, penelitian terhadap IL-2 ini relatif masih terbatas. Oleh karena itu, potensi eksplorasi untuk riset terkait begitu besar. Kami akan membantu Anda dalam aplikasi serta pengembangan riset terkait dengan interleukin-2. Kami juga menyediakan berbagai brand antigen, antibodi, reagen, maupun alat dan bahan lain yang kompatibel untuk beragam jenis sampel dan metode.

Silakan kontak kami untuk melakukan konsultasi dan pemesanan:

CS Flexylabs
+6281283722016 (klik di sini untuk Chat WA)

Source:

Abbas A.K., Lichtman, A.H., & J.S., Pober. (1994). Cytokines in cellular and molecular immunology. Philladelphia: WB Sounders Co.

Malek, T. R. (2008). The biology of interleukin-2. Annu. Rev. Immunol.26: 453-479.

Schimmelpennink, M.C., Quanjel, M., Vorselaars, et al. (2020). Value of serum soluble interleukin-2 receptor as a diagnostic and predictive biomarker in sarcoidosis. Expert review of respiratory medicine14(7), 749-756.

Soeroso, A. (2007). Sitokinin. Jurnal Oftalmologi Indonesia, 5(2): 171-180.

Tye‐Din, J.A., Daveson, A.J.M., Ee, H.C., et al. (2019). Elevated serum interleukin‐2 after gluten correlates with symptoms and is a potential diagnostic biomarker for coeliac disease. Alimentary pharmacology & therapeutics50(8), 901-910.

Editor: Fiorentina Refani